Breaking News

Viral Gunung Api Muncul di Grobogan Usai Gempa Bawean, Cek Faktanya

 



Jakarta, detiknews.web.id -- Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memberikan penjelasan terkait viralnya semburan lumpur yang digadang-gadang sebagai kemunculan gunung api pasca gempa Bawean.

Muhammad Wafid, Kepala Badan Geologi, mengatakan bahwa fenomena Bledug Kramesan di Grobogan bukan suatau "fenomena yang luar biasa".

"Apalagi tidak jauh dari Bledug Kramesan terdapat Bledug Kuwu yang secara umum sudah diketahui oleh publik sebagai fenomena mud volcano ( gunung lumpur) yang sudah berlangsung selama puluhan tahun," ujar Wafid dalam sebuah keterangan, Senin (25/3).

Sebelumnya, jagat maya diramaikan oleh kabar munculnya gunung berapi di wilayah Grobogan, Jawa Tengah pasca rentetan gempa Bawean beberapa waktu lalu. Beberapa warganet mempertanyakan soal gunung berapi tersebut, salah satunya akun @tanyakanrl.

"Ini emang beneran gunung berapi ya? Berarti ada kemungkinan untuk tambah tinggi ini gunung nya?" tulisnya mempertanyakan soal gunung api Grobogan di X, Selasa (24/3).

Menjawab kebingungan publik, Wafid menyebut objek viral tersebut adalah Bledug Kramesan yang terletak di Dusun Medang, Sendangrejo, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Menurutnya fenomena seperti Bledug Kramesan ini sudah ada sejak lama dan hal tersebut dijumpai pada beberapa naskah dari kerajaan- kerajaan di Jawa mengenai kehadiran mud volcano atau gunung lumpur ini.

"Jarak Bledug Kramesan dari Bledug Kuwu adalah sekitar 3,4 km. Bledug Kramesan ini memiliki ketinggian 25 meter dari permukaan tanah. Bledug-bledug ini adalah material dari mud diapir yang lolos ke permukaan melalui rekahan-rekahan maupun struktur sesar," jelasnya.

Kemudian, Wafid menjelaskan area terjadinya Bledug Kramesan dan Bledug Kuwu pada umur Paleogen adalah termasuk dalam Pati Through, yang memungkinkan diendapkannya sedimen secara cepat dan tebal.

Dan secara fisiografi termasuk pada antiklinorium Zona Rembang yang terdiri dari pegunungan lipatan berbentuk antiklinorium yang memanjang ke arah Barat - Timur, dari Kota Purwodadi melalui Blora, Jatirogo, Tuban sampai Pulau Madura.

"Batuan yang diendapkan pada zona ini setelah mengalami burial dan kompresi akan membentuk mud diapir yang terdiri atas material halus unconsolidated. Dimana material halus tersebut dapat lolos ke permukaan melalui rekahan-rekahan dan struktur geologi yang ada," terangnya.

"Namun dengan adanya kompresi dan tekanan tektonik pada area tersebut akan terjadi titik kesetimbangan seperti pada saat sebelum momen kegempaan terjadi," imbuhnya.

Dalam kasus Bledug Kramesan, gempa Bawean yang terjadi pada Jumat (22/3) diduga menyebabkan sistem migrasi hidrokarbon maupun lumpur menjadi lebih aktif karena adanya bukaan berupa rekahan maupun patahan sebagai akibat adanya gempa dangkal ini.

Selain itu, gempa ini juga diduga menyebabkan gejolak lumpur di daerah sekitar Bledug Kuwu dan Bledug Kramesan menemukan jalannya untuk keluar melewati rekahan yang terbentuk akibat gempa tersebut.

Lebih lanjut, Badan Geologi meminta masyarakat untuk tidak panik terhadap informasi-informasi tidak bertanggungjawab yang beredar soal gunung api di Grobogan.

(red.alz)

© Copyright 2022 - detiknews
https://www.detiknews.web.id/p/box-redaksi.html